Tuesday, January 10, 2012

Materi Gelap Berhasil Dipetakan - Sains KOMPAS

Materi Gelap Berhasil Dipetakan - Sains KOMPAS


Materi Gelap Berhasil Dipetakan

Posted: 10 Jan 2012 08:07 PM PST

Materi Gelap Berhasil Dipetakan

Yunanto Wiji Utomo | A. Wisnubrata | Rabu, 11 Januari 2012 | 09:01 WIB

Ludovic Van Waerbeke Peta Materi Gelap

TEXAS, KOMPAS.com - Materi gelap mungkin masih dianggap teori dan tak terdeteksi oleh teleskop di Bumi. Namun, para astronom kini telah berhasil memetakannya.

Untuk membuat peta itu, astronom mempelajari 10 juta galaksi di empat area langit memakai kamera 340 piksel di Hawaii. Mereka mencari materi gelap dengan melihat distorsi cahaya dari galaksi itu. Gravitasi dari materi gelap akan membiaskan cahaya.

Peta yang berhasil dibuat menguak distribusi materi gelap di ruang angkasa dengan rentang 1 miliar tahun cahaya atau sekitar 10 triliun kilometer.

Peta materi gelap ini merupakan perkembangan baru dalam astronomi. Materi gelap berfungsi seperti lem bagi semesta, menyatukan galaksi-galaksi. Sampai saat ini, gambaran materi gelap hanyalah simulasi.

Hasil penelitian materi gelap dalam bentuk peta ini dipresentasikan di American Astronomical Society di Austin, Texas.

Lodovic Van Waerbeke, peneliti dari University of British Columbia, Kanada, seperti dikutip Daily Mail, Selasa (10/1/2012) mengatakan, "Sangat mengagumkan bisa 'melihat' materi gelap dengan distorsi ruang dan waktu."

Van Waerbeke mengungkapkan, mengetahui distribusi materi gelap adalah langkah pertama agar bisa mengetahui sifatnya dan sejauh mana kesesuaiannya dengan konsep fisika masa kini.

Dr Catherine Heymans, peneliti dari University of Edinburgh yang juga terlibat riset mengungkapkan, "Kami berharap bahwa dengan  memetakan lebih banyak materi gelap dari sebelumnya, kita bisa satu langkah lebih dekat dalam memahaminya dan relasinya dengan galaksi di semesta kita."

Harimau Korban Jerat Mengalami Stress

Posted: 10 Jan 2012 12:39 PM PST

BENGKULU, KOMPAS.com - Kondisi harimau Sumatera (Pantera Tigris Sumatrae) yang terkena jerat di Desa Mangkurajo, Kecamatan Lebong Selatan, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu kini stres dan terdapat sembilan titik luka parah di tubuhnya.

"Harimau ini harus kita rawat dengan intensif dan diperkirakan dibutuhkan ratusan jahitan untuk menutup luka di tubuhnya agar jiwanya selamat," kata dokter hewan Jananta dari Dinas Peternakan Provinsi Bengkulu, Selasa (10/1/2012).

Jananta mengatakan, perawatan harimau itu harus cepat dilakukan mengingat kondsinya lemah sambil menunggu dokter hewan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Erni Suyanti yang masih mengikuti pelatihan di Bogor, Jabar.

Bila terlambat dirawat dikhawatirkan lukanya membusuk dan kondisi binatang ini akan makin stres.

Sementara itu, Kabag Tata Usaha BKSDA Bengkulu Supartono mengatakan, berdasarkan hasil petugas dari lapangan, lokasi jerat harimau itu berada dalam kawasan hutan lindung Gedang Hulu Lais, register 75 perbatasan dengan hutan lindung Bukit Daun atau sekitar dua jam perjalanan dari mess perkebunan kopi PT Indo Arabica.

Di sekitar jerat itu terdapat perambah baru karena kondisi kayunya masih hijau, namun sudah ditebangi dan dibuka untuk perkebunan masyarakat. Akibat pembukaan hutan ini, harimau pun menjadi gelisah.

Supartono menduga kuat jerat itu adalah untuk menangkap harimau karena dilihat dari metode digunakan masyarakat yaitu seling kawat berukuran besar.

"Kalau jeratan ditujukan menangkap babi hutan, jerat cukup menggunakan seling kecil saja," tambahnya.

Selain kena jerat, harimau berbobot 75 kilogram dan berusia sekitar 5-6 tahun itu tampak ditombak beberapa kali.

Petugas menemukan enam mata tombak babi di sekitar tempat kejadian perkara, namun upaya membunuh harimau itu gagal.

Supartono juga memperkirakan, harimau malang itu kena jerat sejak empat hari lalu, melihat dari kondisi darahnya yang mengering dan lukanya yang mulai dikerumuni lalat agak membusuk. 

Harimau Sumatera yang Terjerat Telah Dievakuasi

Posted: 10 Jan 2012 11:00 AM PST

Harimau Sumatera yang Terjerat Telah Dievakuasi

Yunanto Wiji Utomo | Laksono Hari W | Selasa, 10 Januari 2012 | 19:00 WIB

M Hilmi Faiq/KOMPAS Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) salah satu koleksi Kebun Binatang Medan, sedang tidur.

BENGKULU, KOMPAS.com — Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu berhasil mengevakuasi seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang terkena jerat di Desa Mangku Rajo, Kecamatan Lebong Selatan, Kabupaten Lebong, atau 112 km dari Kota Bengkulu.

"Harimau jantan itu dalam keadaan lemas dan di sekujur tubuhnya terdapat luka-luka, diduga terkena tombak warga setempat, yang ingin membunuh harimau tersebut," kata Kepala BKSDA Bengkulu Amon Zamora di Bengkulu, Selasa (10/1/2012).

Harimau berumur 5-6 tahun itu diamankan di Kantor BKSDA Provinsi Bengkulu dan langsung dirawat dan diberi makan. Tim berhasil mengevakuasi raja rimba itu pada Senin (9/1/2012) sekitar pukul 23.00.

Amon mengatakan, harimau itu terjerat pada Minggu (8/1/2012) di kawasan hutan lindung Bukit Daun dekat areal perkebunan kopi arabika milik PT Indo Arabica Desa Mangku Rajo. Berdasarkan pengakuan warga setempat, jerat yang dipasang warga itu untuk menangkap babi hutan. Amon merasa heran karena jerat itu ada dalam kawasan hutan lindung yang menjadi lokasi lalu lintas harimau dan rusa. "Kalau babi hutan, biasanya hanya di pinggir areal perkebunan," katanya.

Petugas BKSDA dan jajaran Polres Lebong sedang menyelidiki motif pemasangan jerat tersebut. Ada dugaan unsur kesengajaan untuk menangkap harimau dan rusa. Hal itu terbukti harimau kena jerat ditombak berulang kali, tetapi hewan langka itu tidak juga mati. Di lokasi kejadian juga ditemukan enam tombak babi hutan.

Kepala Bagian Tata Usaha BKSDA Bengkulu Supartono mengatakan, kini harimau sumatera itu masih dalam perawatan karena kondisinya sangat lemah akibat kehabisan tenaga saat terkena jerat.

Supartono memperkirakan populasi harimau sumatera di Provinsi Bengkulu kurang dari 50 ekor. Keberadaan binatang buas itu terpencar-pencar dan sebagian besar berada dalam kawasan hutan belukar di sekitar perkebunan masyarakat.

Butuh Dana Miliaran untuk Lepas Liarkan Orangutan

Posted: 10 Jan 2012 10:51 AM PST

Butuh Dana Miliaran untuk Lepas Liarkan Orangutan

Yunanto Wiji Utomo | Laksono Hari W | Selasa, 10 Januari 2012 | 18:51 WIB

KOMPAS/ICHWAN SUSANTO Orangutan pejantan dominan bernama Ponorogo bergelantung di pepohonan Camp Leakey, Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah. Keberadaan orangutan borneo (Pongo pygmaeus) semakin terancam oleh aktivitas pertambangan dan perkebunan.

JAKARTA, KOMPAS.com - Program rehabilitasi orangutan sudah dilakukan, salah satunya oleh Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF). Namun, pelepasliarannya menghadapi kendala.

"Di dua kandang kami, sudah ada 850 orangutan, 600 sudah siap dilepasliarkan. Sudah kita kasih sekolah, kita kasih sehat, tinggal kirim ke hutan," kata Bungaran Saragih selaku Chairman BOSF saat ditemui di Indonesia Endangered Species Forum, Selasa (10/1/2012) di Jakarta.

Sayangnya, banyak hutan yang tidak memenuhi standar untuk hidup orangutan. Hutan di Kalimantan terdegradasi dan terfragmentasi. Untuk satu orangutan, butuh lahan minimal 150 hektar. Antara orangutan Kalimantan tengah dan timur tak bisa dicampur.

Di Kalimantan Timur, kata Bungaran, saat ini sudah ada 86.000 hektar hutan tempat pelepasan orangutan. Kebutuhan kini ada di Kalimantan Tengah karena jumlah orangutan di wilayah tersebut juga lebih banyak. Setidaknya, dibutuhkan 120.000 hektar lagi di kawasan itu.

Bungaran meminta Kementerian Kehutanan untuk serius dalam mempertahankan hutan yang ada dan merehabilitasi yang sudah rusak. Menurutnya, program penanaman pohon yang dicanangkan pemerintah tidak sama dengan rehabilitasi hutan.

Selain lahan, kendala lain adalah soal uang. BOSF atau lembaga swadaya masyarakat lain tidak punya cukup dana untuk membiayai pelepasan dan penanganan hingga 2 tahun waktu pelepasan. "Kita butuh uang sebab kita harus pakai helikopter. Misalnya, seperti di Kalimantan Timur, dari tempat rehabilitasi ke hutan butruh 1,5 jam, kalau sewa harus bolak-balik. Kita butuh paling nggak 3,5 jam. Satu jam bisa Rp 60 jutaan," urai Bungaran.

Untuk mengatasi hal ini, Bungaran meminta keterlibatan kalangan bisnis. Konservasi bukan hanya urusan pemerintah dan LSM, tapi juga menjadi tanggung jawab pebisnis. "Dunia usaha punya uang, pemerintah punya kekuasaan, NGO punya hati. Kalau digabungkan akan berjalan," ucap Bungaran.

JK: CSR Lingkungan Harus Terukur

Posted: 10 Jan 2012 10:12 AM PST

JK: CSR Lingkungan Harus Terukur

Yunanto Wiji Utomo | Laksono Hari W | Selasa, 10 Januari 2012 | 18:12 WIB

Reuters Jusuf Kalla

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan wakil presiden RI, Jusuf Kalla, mengatakan bahwa program corporate social responsibility (CSR) perusahaan dalam upaya penyelamatan lingkungan harus bisa diukur.

"Jangan CSR itu hanya dilakukan untuk pencitraan. Harus terukur, berapa hektar yang direhabilitasi," kata Jusuf Kalla seusai menghadiri Indonesia Endangered Species Forum, Selasa (10/1/2012) di Jakarta.

Ia berpendapat bahwa lewat program CSR, perusahaan harus ikut bertanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan. Sebab, tak jarang kerusakan lingkungan muncul akibat aktivitas bisnis. Menurut Kalla, perusahaan tidak bisa hanya memandang keuntungan jangka pendek dalam melakukan bisnisnya.

"Lihat juga udara, lingkungan, oksigen, emisi, lalu biaya kesehatan yang harus Anda bayar karena banjir misalnya," ujarnya.

Indonesia Endangered Species Forum dihadiri oleh Smithsonian Institute Steven L Monfort, mantan Menteri pertahanan AS William Cohen, dan Chairman Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) Bungaran saragih.

Secara khusus Kalla menantang komitmen Amerika Serikat dalam pelestarian lingkungan. Menurutnya, perusakan hutan di Indonesia tak lepas dari peran dunia barat. "Jika AS serius, maka tunjukkan! Sekarang mereka saja tidak mau tanda tangan Protokol Kyoto," tegasnya.