Saturday, January 7, 2012

Masalah berat badan adalah soal politik - Sains Antara

Masalah berat badan adalah soal politik - Sains Antara


Masalah berat badan adalah soal politik

Posted: 06 Jan 2012 07:41 AM PST

Jakarta (ANTARA News) - Wacana menurunkan berat badan di sekolah- sekolah di Prancis, atau yang dikenal dengan baccalaureate, kabarnya segera akan diterapkan pada tahun ini.

Pada program ini, para siswa yang berhasil menurunkan berat badan yang sesuai dengan standar indeks massa tubuh (BMI) yang ideal dari usia 18 hingga 25 tahun akan memperoleh nilai tambahan.

"Ini adalah motivator yang fantastis," ujar seorang ahli gizi Prancis, Pierre Dukan. Dukan mengatakan bahwa bacalaureate itu sangat penting bagi Prancis karena semua anak-anak menginginkan program ini, orang tua mereka bahkan lebih menginginkannya, sehingga mengapa tidak mencapainya lewat gizi," tambah Dukan.

Standar ideal BMI diperoleh dengan membagi berat seseorang dengan tinggi badannya. BMI digunakan sebagai sebuah indikator dari proporsi lemak tubuh. WHO mendefinisikan BMI 18.5 hingga 25 sebagai massa tubuh ideal, 25 hingga 30 sebagai yang berlebihan, dan diatas 30 adalah obesitas.

Penurunan berat badan merupakan sebuah persoalan di Prancis ketika WHO di tahun 2010 melansir data yang menunjukan sekitar 50.7 persen dari populasi dunia itu kelebihan berat badan and 18.2 persen dari mereka menderita obesitas.

"Ini adalah masalah nyata. sejak 1960, jumlah orang Prancis yang kelebihan berat badan terus meningkat dari 500 ribu hingga 22 juta orang dan ini terus berlanjut hingga saat ini," ungkap Dukan.

Menurut Dukan, ketika sebuah negara memiliki jumlah penderita kelebihan berat badan seperti apa yang dialami Prancis, maka masalah yang akan timbul bukan lagi masalah kesehatan. tetapi masalah politik."Pimpinan negara  harus peduli akan hal ini," Ujar Dukan.

Dukan menulis surat kepada 16 orang kandidat presiden dalam pemilu Prancis, sekitar 119 saran mengenai cara menangani masalah bobot tubuh dituliskannya. Ia menuangkannya dalam buku setebal 250 halaman.
(yud)

Mahasiswa UMY kembangkan detektor longsor

Posted: 06 Jan 2012 12:20 AM PST

Yogyakarta (ANTARA News) - Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Herjuna Sandra Darnastri mengembangkan alat deteksi dini tanah longsor tepat guna bersensor cahaya.

"Dengan alat itu masyarakat sekitar daerah rawan longsor dapat mengantisipasi datangnya longsor dengan tanda nyala lampu dan bunyi sirine pada saat tanah bergeser dalam jarak tertentu," kata Herjuna di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, selama ini beberapa alat deteksi tanah longsor yang ada kebanyakan menggunakan potensiometer untuk mendeteksi terjadinya tanah longsor.

"Namun, alat yang saya kembangkan itu menggunakan sensor cahaya pada alat `light dependent resistor` (LDR) dan `light emitting diodes` (LED)," katanya.

Ia mengatakan, sensor cahaya dipilih karena potensiometer jika digunakan terus menerus dalam jangka waktu tertentu akan menimbulkan kerusakan.

"Selain menghasilkan nilai yang lebih stabil, alat deteksi dengan sensor cahaya akan lebih mudah dalam pembuatan mekanik dan kalibrasi alat," katanya.

Dalam proses pendeteksiannya, kata dia, beberapa patok secara paralel ditanamkan di bagian-bagian tanah yang rawan longsor. Patok lalu dihubungkan ke LDR dan LED dengan menggunakan kawat baja elastis.

Saat tanah bergeser, patok juga ikut bergerak menarik kawat baja sehingga LED menjauhi LDR. Selanjutnya akan diperoleh nilai "analog digital converter" (ADC) yang dikonversikan menjadi nilai pergeseran tanah dengan satuan sentimeter.

"Nilai pergeseran itu kemudian ditampilkan pada layar `liquid crystal display (LCD)," kata Herjuna.

Menurut dia, selain tampilan pergeseran tanah pada LCD, alat itu juga menghasilkan "output" berupa peringatan dini dengan lampu indikator dan bunyi sirine.

Ada tiga warna lampu indikator yang digunakan. Warna hujau menandakan terjadinya pergeseran tanah 2-3 cm dengan keadaan masih normal. Lampu kuning menandakan kondisi siaga satu dengan jarak pergeseran 3-4 cm, dan lampu merah berarti siaga dua mulai dari empat cm.

"Sirine akan berbunyi pada kondisi siaga tiga dengan jarak lima cm atau lebih. Pada alat simulasi itu saya menggunakan alat `buzzer` untuk menghasilkan suara," katanya.

Ia mengatakan, untuk aplikasinya dapat menggunakan alat yang menghasilkan suara yang lebih besar sehingga dapat didengar pada jarak yang lebih jauh.

Pergeseran tanah lima cm, menurut dia, dapat dinyatakan cukup membahayakan atau dapat menimbulkan tanah longsor. Pergeseran tanah lima cm akan membentuk rekahan tanah yang cukup besar.

Jika terjadi hujan, rekahan tanah itu dikhawatirkan akan dialiri air hujan di mana aliran air bisa membentuk bidang longsor yang mengakibatkan tanah longsor.

"Dengan alat itu masyarakat yang tinggal di daerah rawan longsor punya waktu untuk menyelamatkan diri dengan melihat lampu indikator dan suara yang ditimbulkan," katanya.

Ia mengatakan, alat itu diharapkan dapat digunakan di daerah-daerah rawan longsor di Indonesia sehingga dapat mengurangi korban jiwa.

"Alat itu memang dibuat untuk sekali pakai. Alat dirancang kokoh agar tidak terbawa longsor, tetapi jika terbawa longsor yang paling penting adalah bunyi sirine dari alat itu sudah memberi informasi secara cepat kepada masyarakat sekitar," katanya.

Cara meningkatkan prestasi akademik anak dan remaja

Posted: 05 Jan 2012 08:58 AM PST


Jakarta (ANTARA News) - Jika anda menginginkan anak anda menjadi lebih pintar , jangan hanya memberitahu mereka untuk duduk di kursi depan dan membaca sepanjang waktu. Mulai sekarang dan selanjutnya biasakanlah mereka untuk berolahraga bersama, buatlah beberapa kelompok olah raga.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa aktifitas fisik dapat memperbaiki prestasi akademik dari anak- anak dan remaja.

Seperti dikutip dari Daily mail, Para ilmuwan dari Belanda mengumpulkan data dari 14 penelitian dengan sejumlah responden dari 12 hingga 53 ribu anak berusia 6 tahun hinga 18 tahun.

"Menurut hasil penelitian terbaik, kami menemukan bukti kuat dari asosiasi positif dari aktifitas fisik dengan perbaikan akademis anak," Ujar seorang pimpinan penelitian Dr. Amika Singh of Vrije University di Amsterdam, dalam jurnal arsip Paediatrics & Adolescent Medicine.

Menurutnya, aktifitas fisik membantu kemampuan mental untuk meningkatkan aliran darah dan oksigen ke otak sehingga stress akan berkurang dan mood akan membaik.

Olahraga juga meningkatkan faktor pertumbuhan yang membantu memproduksi sel syaraf baru dan membantu menghubungkan kembali syaraf.
.(yud)