Soyuz Luncurkan Tiga Awak ke Stasiun Antariksa - Sains KOMPAS |
- Soyuz Luncurkan Tiga Awak ke Stasiun Antariksa
- Nyamuk Kencing Saat Menghisap Darah
- Ditemukan, Dua Planet Seukuran Bumi
- Badai Washi Juga Berimbas ke Yogyakarta
- Lelang Nama Spesies untuk Dana Penelitian
Soyuz Luncurkan Tiga Awak ke Stasiun Antariksa Posted: 21 Dec 2011 05:56 PM PST Soyuz Luncurkan Tiga Awak ke Stasiun Antariksa | Tri Wahono | Kamis, 22 Desember 2011 | 01:56 WIB
MOSKWA, KOMPAS.com - Roket Soyuz milik Rusia meluncurkan tiga orang awak ke Stasiun Antariksa Internasional atau ISS, Rabu (21/12/2011) malam, dari Kosmodrom Baikonur, Kazakhstan. Peluncuran berjalan lancar dan kapsul antariksa yang membawa ketiga awak tersebut kini tengha mengarah ke ISS. Masing-masing awak yang ada di dalam kapsul tersebut adalah seorang kosmonot Rusia, seorang astronot AS, dan seorang astronot dari Belanda. Kapsul yang membawa komandan misi dari Roskosmos yakni Oleg Kononenko dan dua kolega dari NASA, Don Petit, serta dari Badan Antariksa Eropa (ESA), Andre Kuipers akan merapat ke ISS pada Jumat mendatang. Ketiga orang tersebut akan bertugas di ISS melengkapi tiga awak lainnya yang saat ini ada di ISS yakni astronot NASA Dan Nurband serta dua kosmonot Rusia, Anton Shkaplerov dan Anatoly Ivanishin. Mereka berenam akan bekerja sama di antariksa sampai Maret 2012 mendatang. Kabar baik keberhasilan peluncuran ini sangat dinanti mengingat roket dan kapsul antariksa milik Rusia merupakan satu-satunya alat transportasi berawak ke ISS saat ini. Program pesawat ulang alik milik NASA telah dihentikan secera penuh sehingga lalu lintas awak stasiun antariksa saat ini sepenuhnya tergantung kepada Rusia. Keberhasilan peluncuran juga menjadi kabar gembira mengingat Rusia beberapa kali gagal meluncurkan roket belum lama ini. Sebuah roket yang mengangkut pasokan logistik ke ISS gagal meluncur pada Agustus 2011 dan bangkainya jatuh di kawasan pelosok hutan Siberia. |
Nyamuk Kencing Saat Menghisap Darah Posted: 21 Dec 2011 09:52 AM PST Nyamuk Kencing Saat Menghisap Darah Yunanto Wiji Utomo | Benny N Joewono | Rabu, 21 Desember 2011 | 17:52 WIB
TOURS, KOMPAS.com - Serangga penghisap darah seprti nyamuk ternyata punya perilaku aneh saat menghisap darah. Seperti yang diketahui sebelumnya oleh para ahli, mereka kencing terlebih dahulu. Dan, di luar dugaan, mereka juga mengeluarkan cairan pre-urin berupa darah! Perilaku tersebut membuat para ilmuwan bingung. Claudio R Lazzari, entomolog dari François Rabelais University in Tours, Perancis, seperti dikutip New York Times, Senin (19/12/2011) mengatakan, "Darah adalah sesuatu yang sangat berharga. Melepaskannya berisiko tinggi." Penelitian terbaru yang dilakukan Lazzari dan dipublikasikan di jurnal Current Biology mengungkap bahwa pengeluaran cairan pre-urin bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh saat makan, yang bisa mencapai 40 derajat Celsius. Untuk mendapatkan kesimpulan itu, Lazzari meneliti nyamuk jenis Anopheles stephensi. Saat makan, cairan urin dan pre-urin nyamuk itu dikeluarkan lewat anus. Kadang, cairan menggantung seperti embun yang akan menetes sebelum jatuh. Menurut Lazzari, saat urin dan pre-urin dikeluarkan, cairan menguap dan mendinginkan suhu tubuh hingga mencapai 3 derajat Celsius. Mekanisme ini adalah salah satu kehebatan serangga dalam mengontrol suhu tubuh. Nyamuk bukan satu-satunya serangga yang menggunakan makanannya sendiri untuk mengatur suhu tubuh. Lebah misalnya, membuang sedikit nektar yang dimakannya untuk menjaga kepala tetap dingin saat terbang. |
Ditemukan, Dua Planet Seukuran Bumi Posted: 21 Dec 2011 09:28 AM PST
NEW YORK, KOMPAS.com - Astronom dari Universitas California, Amerika Serikat (AS) berhasil menemukan dua planet seukuran bumi dan sekaligus merupakan planet ekstrasurya terkecil. Penemuan dilakukan dengan pengamatan menggunakan wahana antariksa Kepler dan dipublikasikan di sebuah jurnal yang terbit Selasa (20/12/2011) kemarin. Arsitektur dari tata suryanya gila. Ini pertama kalinya kita melihat yang seperti ini. -- David Charbonneau Dua planet yang ditemukan mengorbit bintang serupa matahari itu adalah Kepler 20. Sementara, dua planet tersebut dinamai Kepler 20e dan Kepler 20f. Seluruhnya berukuran hampir setara bumi. Kepler 20e berukuran 0,87 ukuran bumi dan Kepler 20f berukuran 1,03 ukuran bumi. Kepler 20e dan Kepler 20f diperkirakan merupakan planet batuan. Massa dari kedua planet itu pun tak begitu jauh dibandingkan dengan bumi, 1,7 kali dan 3 kali bumi. Para ilmuwan mengatakan, kedua planet tersebut juga tersusun dari besi dan silikat, seperti halnya bumi, meskipun tak memiliki atmosfer. Kepler 20e mengorbit bintang induknya setiap 6,1 hari pada jarak 7,6 juta kilometer, 20 kali lebih dekat jarak bumi-matahari yang jauhnya 150 juta kilometer. Sementara itu, Kepler 20f mengorbit bintangnya setiap 19,6 hari pada jarak 16,6 juta kilometer. Jarak kedua planet itu dengan bintangnya tergolong dekat. Kedekatan jarak planet dengan bintang induknya membuat temperaturnya terlalu panas. Suhu rata-rata di dua plent itu berkisar antara 430 derajat celcius hingga 760 derajat celcius. "Peluang adanya air cair dan kehidupan yang kita tahu di Kepler 20 e dan f adalah nol," kata Greg Laughlin, astronom dari Universitas California, Santa Cruz, seperti dikutip Space, Selasa (20/12/2011). Kepler 20 e dan f yang ditemukan merupakan dua dari lima planet yang ditemukan mengorbit Kepler 20 f. Ketiga planet lainnya adalah Kepler 20b yang mengorbit dari jarak 24.000 km, Kepler 20c yang mengorbit dari jarak 40.000 km dan Kepler 20d yang mengorbit dari jarak 35.000 km. Masing-masing planet tersebut mengorbit bintangnya selama 3,7, 10,9, and 77,6. Penemuan dua planet ini menantang pemahaman astronom tentang pembentukan planet. "Arsitektur dari tata suryanya gila. Ini pertama kalinya kita melihat yang seperti ini," kata David Charbonneau, astronom Harvard University, dalam konferensi pers yang diadakan NASA kemarin. Charbonneau menjelaskan, dalam sistem tata surya umumnya, planet batuan tersusun terpisah dengan gas, dan biasanya berada di dekat bintang. Sementara planet gas berada di tepian tata surya. Di susunan tata surya Kepler 20, planet gas dan batuan tersusun selang-seling. Astronom mungkin harus merevisi pemahamannya. "Penelitian ini merupakan kemajuan besar dalam teknologi, untuk mendeteksi planet kecil seukuran bumi. Jika kita sudah bisa menemeukan planet dengan ukuran setara bumi, di masa depan kita bisa menemukan planet di zona layak huni, dan masa depan itu adalah target untuk mendeteksi air dan tanda kehidupan," kata Lisa Kaltenegger dari Harvard Smithsonian Center for Astrophysics. |
Badai Washi Juga Berimbas ke Yogyakarta Posted: 21 Dec 2011 09:08 AM PST Badai Washi Juga Berimbas ke Yogyakarta Yunanto Wiji Utomo | Inggried Dwi Wedhaswary | Rabu, 21 Desember 2011 | 17:08 WIB
YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Badai tropis Washi yang menyebabkan ratusan korban jiwa di Filipina berimbas ke Daerah Istimewa Yogyakarta. Staf Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Yogyakarta Agus Triyanto, saat dihubungi di Yogyakarta, Rabu (21/12/2011), mengatakan, badai tropis tersebut secara tidak langsung memengaruhi cuaca di DIY karena jumlah curah hujan berkurang pada Desember 2011. "Badai Washi membuat masa udara yang membawa uap air tertahan di sejumlah wilayah karena badai tersebut mendekati perairan Indonesia sebelah utara," kata dia. Namun, lanjut Agus, kekuatan badai Washi semakin melemah sehingga curah hujan diprediksi kembali normal atau bertambah banyak dalam beberapa hari ke depan. "Dampak badai Washi ke wilayah Jawa semakin berkurang ke arah punah sehingga curah hujan yang terjadi di DIY beberapa hari ke depan sama dengan yang terjadi pada tahun lalu," katanya. Agus mengungkapkan, hasil pantauan citra satelit BMKG menunjukkan hujan pada Rabu hari ini banyak terjadi di DIY sebelah Utara atau Sleman dan kawasan Selatan DIY atau Bantul. Menurutnya, hujan di kawasan utara DIY diprediksi terjadi pada siang hari, sedangkan hujan di kawasan selatan DIY diprediksi terjadi pada sore hingga malam hari. "Hujan di DIY terjadi secara merata. Untuk kawasan DIY sebelah Utara hujan orografis terjadi siang hari atau lebih cepat dibanding kawasan lain karena pengaruh kondisi topografis yang berdekatan dengan Gunung Merapi," kata dia. |
Lelang Nama Spesies untuk Dana Penelitian Posted: 21 Dec 2011 08:05 AM PST
JAKARTA, KOMPAS.com - Kekayaan alam Indonesia belum banyak tereksplorasi. Salah satu penyebabnya karena minimnya dana. Rosichon Ubaidillah M.Phil, yang baru dilantik sebagai profesor riset zoologi oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, mengungkapkan, salah satu langkah yang bisa ditempuh untuk mendapatkan dana penelitian adalah melalui lelang nama spesies. "Uang yang didapatkan bisa diputar untuk mendukung penelitian dan pengembangan peneliti muda," kata Rosichon, Rabu (21/12/2011), yang menekuni taksonomi serangga golongan Eulophinae. Nama Ibu Negara Ani Yudhoyono pun sudah dijadikan nama spesies kupu-kupu, Delias Kristianiae. Menurutnya, cara tersebut, telah terbukti efektifitasnya untuk menunjang penelitian. Sejumlah spesies pernah dilelang di Monako dengan perantara Conservation International (CI). Uang yang didapatkan diberikan kepada LIPI untuk pengembangan sumber daya manusia. "Dengan uang itu ada 5 peneliti taksonomi yang sekarang studi di luar negeri. Semua mempelajari taksonomi organisme laut karena yang dilelang memang spesies lalu," jelas Rosichon. Mekanisme lelang nama spesies, kata Rosichon, dilakukan dengan menawarkan spesies baru yang belum dinamai ke sejumlah pihak. Pihak yang berminat kemudian menyatakan kesediaannya membayar sejumlah dana yang disepakati. Di Indonesia, kata Rosichon, pihak yang ditawari bisa berasal dari kalangan pengusaha, tokoh kenegaraan, atau pihak lain yang berminat mendukung penelitian. Menurut Rosichon, lelang nama spesies sudah menjadi hal umum yang lazin dilakukan. Di luar negeri, sudah ada 500-an nama spesies yang diberi nama dengan nama tokoh terkenal. Contoh saja nama Ratu Victoria yang juga sudah diabadikan menjadi nama spesies Victoria Amazonica. Namun, di Indonesia, upaya ini perlu diperkenalkan lebih dahulu sehingga banyak kalangan yang tertarik. Untuk menarik minat, Rosichon pernah menawarkan spesies untuk dipilih Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Waktu itu kita bawa sekitar 40 calon nama spesies baru untuk dipilih presiden (Susilo Bambang Yudhoyono)," kata Rosichon yang pernah meraih penghargaan penulis entomologi (ilmu serangga) terbaik dari Blackwell Publication pada tahun 2003 ini. Tawaran kepada Presiden diharapkan bisa memberi daya tarik kuat untuk mengajak beragam kalangan. Di samping itu, nama Ibu Negara Ani Yudhoyono pun sudah dijadikan nama spesies kupu-kupu, Delias Kristianiae. Sayangnya, upaya tersebut ditolak sebelum sampai ke Presiden. "Karena kita di bawah Kementerian Riset dan Teknologi, waktu itu kita diminta mengajukan lewat mereka. Padahal birokrasi ini kan rumit dan panjang," kata Rosichon. Saat ini, Rosichon tengah mengupayakan cara lain agar tujuannya tercapai. Ia menyebutkan, dengan jumlah spesies yang banyak, lelang nama berpotensi menghasilkan dana cukup besar. Rosichon menjelaskan, penamaan spesies menggunakan nama tokoh terkenal tidak hanya berorientasi mendapatkan uang, namun juga menggugah kesadaran tentang perlunya penelitian, terutama taksonomi, bagi kemajuan bangsa. "Kita bisa meningkatkan daya saing dan kemandirian dalam pengetahuan jika penelitian dilakukan. Selama ini kita bergantung pada peneliti asing," katanya. Rosichon mengungkapkan, taksonomi seringkali dianggap kurang memberikan kontribusi. Padahal, riset taksonomi penting sebelum penggunaan organisme tertentu dilakukan. Taksonomi juga penting, sebab 40 persen dari ekonomi dunia bergantung pada produk keanekaragaman hayati. Indonesia sebagai salah satu penandatangan COP 10 berkewajiban mengungkap kekayaan hayati yang ada. Salah satu yang perlu dilakukan saat ini adalah mendukung pendanaan dan pengembangan sumber daya manusia untuk riset taksonomi. |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Sains To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |