Saan: berikan beasiswa kepada keluarga korban Rawagede - Pendidikan Antara |
Saan: berikan beasiswa kepada keluarga korban Rawagede Posted: 13 Dec 2011 08:29 AM PST Jakarta (ANTARA News) - Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, Saan Mustopa berharap, Pemerintah Belanda memberikan beasiswa kepada anak dan cucu korban pembantaian ratusan warga di Rawagede, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Saan mengatakan, adanya kompensasi bagi keluarga korban sebaiknya diikuti dengan pendidikan bagi anak dan cucu korban. "Kita berharap tidak sebatas hanya sampai di situ (kompensasi). Kita ingin kelangsungan keturunan korban juga diperhatikan khusus dalam bentuk pendidikan. Kita juga minta Pemerintah Belanda memberikan beasiswa untuk anak-anak dan cucu-cucu korban karena itu yang membuat keluarga korban menjadi lebih baik," kata Saan kepada ANTARA di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa. Anggota DPR RI dari daerah pemilihan Karawang, Bekasi dan Purwakarta itu menyebutkan, kompensasi bagi warga Rawagede sudah selesai dan pelaksanaannya mulai bulan Desember. "Kita sangat berterima kasih kepada kawan-kawan Komite Utang Penghormatan Belanda yang sudah memperjuangkan masyarakat Rawagede. Mudah-mudahan apa yang sudah dimulai di Rawagede, perjuangan itu bisa menjadi awal untuk memperjuangkan daerah-daerah lain yang mempunyai nasib yang sama seperti kasus pembantaian warga oleh Westerling dan daerah lain," kata Saan. Selain itu, kata Saan, dirinya memberikan penghargaan kepada Pemerintah Belanda yang mengakui dan telah meminta maaf kepada Indonesia, khususnya kepada keluarga korban yang ada di Rawagede. "Dalam peringatan 64 tahun pembantaian masyarakat Rawagede Karawang yang dihadiri oleh Duta Besar Belanda untuk Indonesia, ada permintaan maaf dari pemerintah Belanda melalui duta besarnya, Tjeerd de Zwaan. Kita menghargai sekali apa yang disampaikan oleh Pemerintah Belanda," kata Saan. Ia berharap, kompensasi yang diberikan oleh Pemerintah Belanda sebesar 25 ribu euro per keluarga bisa diterima oleh yang berhak dan tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. "Pertama-tama harus diterima oleh yang berhak, bisa bermanfaat bagi masyarakat setempat. Semua pihak akan mengawasi penyaluran kompensasi," kata Saan. Pada 9 Desember 1947, pasukan Belanda membantai 431 orang yang terdiri atas pria dan anak-anak. Di antara jumlah tersebut, hanya 181 korban yang jenazahnya ditemukan dan dimakamkan secara baik. Jenazah lain tidak ditemukan karena diduga hanyut oleh arus sungai.(ANT) |
Atap dua gedung SDN di Malang ambruk Posted: 12 Dec 2011 02:54 AM PST Malang (ANTARA News) - Atap gedung SDN Sumbermaning Wetan 03 dan SDN Rembun 02 di Kabupaten Malang, Jawa Timur, ambruk. Kepala SDN Rembun 02, Nunik Sunarmi, pada Senin mengaku, dirinya sudah berulangkali mengajukan anggaran perbaikan untuk sekolah yang dipimpinnya, namun belum ada respon dari Dinas Pendidikan setempat. "Kondisi atap bangunan yang rapuh, bahkan mulai ambruk ini sudah cukup lama, namun sama sekali tidak mendapatkan perhatian prioritas. Padahal, kami sudah mengajukan bantuan anggaran renovasi, apalagi dana DAK tahun ini 'kan cukup besar," ujarnya. Karena tidak pernah mendapatkan perhatian dan bantuan anggaran untuk renovasi itu, katanya, pihaknya tidak bisa memperbaiki gedung, walaupun hanya atapnya saja yang kondisinya mengkhawatirkan. Selama ini, katanya, bangunan sekolah yang didirikan tahun 1956 itu, rehabilitasinya tergantung dari dana swadaya masyarakat karena pengajuan anggaran ke Diknas, hasilnya tidak seperti yang diharapkan. "Sekolah kami ini seperti `anak tiri` saja, sulit sekali mendapatkan bantuan DAK untuk memperbaiki fisik bangunan yang sudah rusak," tegasnya. Ia menjelaskan, kerusakan bangunan di sekolahnya sebagian besar terjadi pada bagian atap akibat usia bangunan yang sudah cukup tua. Akibat kondisi bangunan yang rapuh tersebut membuat proses belajar mengajar tidak nyaman dan aman. Nunik mengakui, jika kondisi bangunan sekolah yang rapuh dan sebagian atapnya sudah ada yang ambruk itu seringkali memicu kritik dan protes dari wali murid, apalagi sistem belajar yang diatur secara bergilir karena kekurangan ruang kelas. Selain SDN Rembun 02, kondisi yang sama juga terjadi di SDN Sumbermanjing 03. Ada bagian atap dari tiga ruang kelas yang ambruk, sehingga kelas tersebut dikosongkan. Menanggapi kondisi fisik gedung sekolah yang tidak represntatif tersebut DPRD setempat menyoroti kinerja pemkab daerah itu karena belum mengakomodasi seluruh kebutuhan sekolah secara merata. Bahkan, para wakil rakyat itu mempertanyakan anggaran DAK 2011 sebesar Rp137 miliar lebih yang dikucurkan untuk Diknas Kabupaten Malang. "Kemana larinya DAK ratusan miliar rupiah itu, kok masih ada sekolah yang nyaris ambruk," tegas anggota Komisi D DPRD Kabupaten Malang Abdulrachman. (E009/C004) |
You are subscribed to email updates from ANTARA News - Nasional - Pendidikan To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |