Thursday, December 22, 2011

AS Mulai Operasikan Heli Tak Berawak di Afganistan - Sains KOMPAS

AS Mulai Operasikan Heli Tak Berawak di Afganistan - Sains KOMPAS


AS Mulai Operasikan Heli Tak Berawak di Afganistan

Posted: 22 Dec 2011 08:07 PM PST

Inovasi Militer

AS Mulai Operasikan Heli Tak Berawak di Afganistan

Dahono Fitrianto | Nasru Alam Aziz | Jumat, 23 Desember 2011 | 10:29 WIB

armyrecognition.com Helikopter angkut tak berawak K-MAX mulai beroperasi di Afganistan.

KABUL, KOMPAS.com -- Korps Marinir AS untuk pertama kalinya mengoperasikan helikopter tak berawak yang dirancang khusus untuk menjadi heli angkut untuk mengirim pasokan ke pos-pos pasukan di lokasi terpencil di Afganistan.

Menurut para pejabat militer AS, Kamis (22/12/2011), heli K-MAX itu mampu membawa kargo hingga lebih dari 1,6 ton. Pengoperasian heli tanpa awak ini mengurangi risiko jatuhnya korban jiwa akibat disergap saat mengantarkan pasokan logistik pasukan melalui konvoi kendaraan darat.

"Kami mengirim kargo yang seharusnya dikirim menggunakan konvoi darat. Ini adalah fase demonstrasi untuk menguji kemampuan sesungguhnya pesawat ini dan seberapa bagus kinerjanya di lingkungan pertempuran," ungkap Mayor Kyle O'Connor dari Skuadron Kendaraan Udara Tak Berawak I Marinir AS.

Penerbangan perdana heli itu di Afganistan dilakukan Sabtu pekan lalu, dengan misi mengantarkan pasokan logistik di Pos Tempur Payne di Provinsi Helmand, Afganistan selatan.

K-MAX dikembangkan bersama oleh dua perusahaan, yakni Kaman Aerospace dan Lockheed Martin. Heli itu disebut memiliki kemampuan menjatuhkan kargo di titik sasaran dengan akurat, yang akan sangat berguna bagi medan perang Afganistan yang berdebu dan sangat menyulitkan penerbangan dan pendaratan heli konvensional.

Sebelumnya, militer AS dan Badan Intelijen Pusat AS (CIA) sudah mengoperasikan berbagai jenis pesawat sayap tetap tak berawak (drone) untuk berbagai fungsi, mulai dari pengintaian sampai penyerangan.

Menguak Evolusi Kemampuan Berjalan Tetrapoda

Posted: 22 Dec 2011 08:07 PM PST

Menguak Evolusi Kemampuan Berjalan Tetrapoda

Yunanto Wiji Utomo | Tri Wahono | Jumat, 23 Desember 2011 | 08:30 WIB

Universitas Chicago Lungfish

CHICAGO, KOMPAS.com - Teori evolusi menyebutkan bahwa makhluk hidup di daratan berasal dari laut. Sekitar 400 juta tahun lalu, sejenis ikan bersirip lobus bergerak meninggalkan lautan menuju daratan. Evolusinya kemudian menciptakan tetrapoda atau hewan berkaki empat, seperti katak dan juga termasuk manusia.

Melihat bahwa tetrapoda sekarang memiliki kemampuan berjalan, maka diyakini bahwa proses yang terjadi sebelumnya bukan cuma meninggalkan lautan. Hal lain yang terjadi adalah perkembangan kemampuan berjalan, termasuk organ tubuh yang berperan mendukung kemampuan itu.

Sebagian besar biolog berpendapat bahwa evolusi dimulai dengan tumbuhnya alat gerak yang memiliki digit (tangan dan kaki dengan jari), lalu diikuti dengan pergerakan menuju daratan. Namun, penelitian terbaru mengungkap bahwa proses evolusi yang terjadi adalah sebaliknya.

"Sangat mungkin bahwa kemampuan berjalan tumbuh terlebih dahulu sebelum kaki atau tangan atau jari-jari atau jempol, atau bahkan sebelum mereka mencapai daratan," kata Heather King, biolog dari Universitas Chicago, dilansir the New York Times, Senin (19/11/2011).

Pendapat King diungkapkan bersama hasil penelitian yang dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences. King dan timnya meneliti lungfish dari Afrika yang memiliki kemiripan dengan ikan bersirip lobus yang hidup jutaan tahun lalu.

Lungfish memiliki empat sirip tanpa bakal organ serupa jari, paru-paru dan tak memiliki sakrum, tulang segitiga yang menggabungkan paha ke tulang belakang. Sakrum merupakan tulang yang memungkinkan tetrapoda memanfaatkan energinya untuk berjalan.

King melihat bahwa tanpa kaki pun, lungsifh bisa berjalan. Mereka menggunakan sirip belakang untuk berjalan, mendorong diri di dasar akuarium. Kadang, lungfish juga menggunakan sirip depan untuk membuat semacam lompatan. King menuturkan, lungfish bisa mendorong dirinya karena paru-parunya membuatnya memiliki gaya apung besar.

Bola Misterius dari Luar Angkasa

Posted: 22 Dec 2011 08:07 PM PST

Bola Misterius dari Luar Angkasa

| Tri Wahono | Jumat, 23 Desember 2011 | 07:37 WIB

AFP/NATIONAL FORENSIC SCIENCE INSTITUTE

Foto dari National Forensic Science Institute ini menunjukkan bola logam raksasa berdiameter 1,1 meter seberat 6 kilogram. Benda itu diyakini jatuh dari langit di padang rumput terpencil di Namibia yang membuat otoritas setempat menghubungi NASA dan Badan Antariksa Eropa, 21 Desember 2011. November lalu, bola berongga itu ditemukan di dekat kampung di utara Namibia, 750 kilometer dari ibu kota Windhoek.

WINDHOEK, KOMPAS.com - Belum ada seorang pun yang tahu apa benda bulat dari logam yang jatuh di sebuah gurun di utara Namibia itu. Beratnya sekitar 6,5 kg dengan diameter 35 centimeter.

Saat menghantam permukaan tanah, benda tersebut membentuk kawah sedalam 30 centimeter dan selebar 32,5 centimeter. Bola misterius itu sendiri ditemukan sekitar 150 centimeter dari kawah yang terbentuk.

Penduduk lokal mengaku mendengar beberapa kali bunyi ledakan sebelum ditemukan benda tersebut oleh salah seorang petani. Temuan benda itupun langsung mendapat respon saat tersebar di internet. Sebagian berpendapat itu adalah bukti adanya kehidupan lain di luar angkasa.

Namun, Direktur forensik kepolisian setempat Paul Ludik tak mau berspekulasi sehingga langsung mengontak pihak berwenang. NASA dan badan antariksa Eropa (ESA) sudah siap meneliti apa sebenarnya benda tersebut. Salah satu dugaan kuat benda tersebut adalah tanki hidrazine yang digunakan untuk menyimpan senyawa yang mudah terbakar di satelit.

Benda tersebut sebenarnya ditemukan sejak sebulan lalu, namun baru dipublikasikan baru-baru ini. Suara ledakan yang terdengar saat jatuh mungkin sonic boom saat kecepatannya menembus Bumi mencapai ambang supersonic.

Benda-benda langit yang jatuh ke Bumi memang beberapa kali tidak habis terbakar karena menggunakna material yang sangat kuat. Saat satelit UARS (Upper Atmosphere Research Satellite) milik NASA dan satelit Rontgen milik Jerman jatuh beberapa waktu lalu, diperkirakan ada sisa material yang jatuh sampai ke Bumi.

Namun, apa material yang ditemukan di Namibia tetap masih menjadi pertanyaan. Yang pasti material yang digunakan tahan panas sangat tinggi sehingga tahan menembus atmosfer.

Empat Spesies Hiu Baru pada Tahun 2011

Posted: 22 Dec 2011 08:02 PM PST

Empat Spesies Hiu Baru pada Tahun 2011

Yunanto Wiji Utomo | Tri Wahono | Jumat, 23 Desember 2011 | 04:02 WIB

Pacific Long Boarder Hiu Gergaji Kerdil Afrika (Pristiophorus nancyae).

SAN FRANCISCO, KOMPAS.com — Sepanjang tahun 2011, anggota salah satu golongan ikan paling ditakuti, hiu, bertambah. Mereka kini memiliki empat kerabat baru dari laut dalam hasil temuan David Ebert dari California Academy of Science, San Francisco, AS.

Salah satu dari empat hiu laut dalam yang ditemukan adalah hiu gergaji kerdil Afrika (Pristiophorus nancyae) yang dikoleksi dari kedalaman 400-an meter di bawah permukaan laut wilayah Mozambik.

Hiu gergaji kerdil Afrika memiliki moncong panjang dan meruncing dengan gigi tajam sebagai senjatanya. Untuk memangsa, ikan ini akan bergerak di sekawanan ikan lain, melukainya, dan akhirnya berenang pergi sambil memakannya.

Dua spesies lain yang ditemukan masuk dalam golongan hiu lentera. Keduanya adalah Etmopterus joungi yang dikoleksi dari sebuah pasar ikan di Taiwan dan Etmopterus sculptus yang dikoleksi dari kedalaman 400-800 meter.

Seperti namanya, hiu lentera bisa menghasilkan cahaya di beberapa bagian tubuhnya. Ilmuwan berpendapat, kemampuan ini berkaitan dengan kamuflase ketika mencari mangsa dan cara berkomunikasi dengan individu lain di satu spesies.

Spesies hiu terakhir yang ditemukan adalah Squatina caillieti atau hiu malaikat. Jenis tersebut dikoleksi dari wilayah perairan Pulau Luzon, Filipina, pada kedalaman 360 meter. Jenis ini punya tubuh pipih dan sirip yang melebar.

Temuan ini menandai kekayaan biodiversitas di Bumi, yang terus ditemukan, tetapi juga terancam kepunahan. Hiu tersebut hanya contoh salah satu hasil penelitian taksonomi. Ilmuwan Indonesia juga berhasil mengungkap spesies baru, mulai dari tawon monster garuda hingga tikus.

Senyawa Organik Ditemukan di Pluto

Posted: 22 Dec 2011 06:40 PM PST

Senyawa Organik Ditemukan di Pluto

Yunanto Wiji Utomo | Tri Wahono | Jumat, 23 Desember 2011 | 02:40 WIB

NASA/JPL/CALTECH Ilustrasi Pluto dan Matahari.

SAN ANTONIO, KOMPAS.com - Senyawa hidrokarbon kompleks yang diduga organik mirip dengan asam amino dan protein ditemukan di Pluto. Astronom menemukannya menggunakan instrumen Cosmic Origin Spectrograph pada teleskop ruang angkasa Hubble.

Tanda keberadaan senyawa hidrokarbon tersebut terlihat dari hasil analisis data Hubble. Astronom menyatakan bahwa mereka menemukan sesuatu yang menyerap sinar ultraviolet di permukaan Pluto, yang merupakan hidrokarbon.

Menurut astronom, senyawa kimia yang ada di permukaan Pluto mungkin diproduksi oleh sinar Matahari yang bereaksi dengan permukaan Pluto yang terdiri atas es metana, karbon monooksida, dan nitrogen.

"Penemuan ini menarik. Hidrokarbon pada Pluto mungkin bertanggung jawab pada warna Pluto yang kemerahan," kata Alan Stern dari Southwest Research Institute, San Antoni, Texas, AS di situs Daily Mail, Kamis (22/12/2011).

Selain penemuan hidrokarbon, astronom juga menemukan bahwa dibandingkan tahun 1990-an, spektrum ultraviolet Pluto berubah. Menurut ilmuwan, ini bisa diakibatkan oleh peningkatan tajam tekanan di atmosfer Pluto.

Penemuan ini hanya salah satu yang menarik dari Pluto. Ke depan, dipastikan akan ada banyak penemuan menarik lainnya. Wahana antariksa New Horizon yang diluncurkan tahun 2006 akan mencapai jarak terdekat demgan Pluto pada 2015. Fakta lain tentang mantan planet ini akan diungkap.